- Kapolda Kalsel Cek Kesiapan Pengajian Malam 5 Rajab 1447 H
- Gubernur Kalsel Buka Rakerprov KONI Tahun 2025
- HAKORDIA 2025: Pemkab Kotabaru Gelar Sosialisasi dan Diskusi Panel SPI 2025
- Skandal Pemerasan Kejari HSU, LSM GMPD Banjarbaru: Banyak Yang Bisa jadi Target KPK di Kalsel
- Disparpora Kotabaru Sukses Gelar Bupati Cup Kotabaru Hebat 2025
- Wabup Kotabaru Apresiasi Festival Budaya 2025 di Obyek Wisata Kampung Nelayan
- HUT Polhut ke-59, Dishut Kelsel Tekankan Pelestarian Ekosistem Hutan Banua
- Catatan Kritis Akhir Tahun WALHI Kalsel: Rapor Merah Pemprov Atasi Krisis Lingkungan!
- Pelabuhan Stagen Dipadati Penumpang, Pelindo Kotabaru Siagakan Fasilitas dan Personel
- Pemkab Kotabaru dan Kemenag Berikan Penghargaan Peserta MTQ Berprestasi
OPINI - Negeri Yang Stres Lagi Depresi?
.jpg)
Keterangan Gambar : ?Oleh: Noorhalis Majid, Penulis dan pengamat kebijakan publik Kalsel.
Oleh: Noorhalis Majid
Sudah dengar cerita tragis remaja 18 tahun di Deli Serdang, dibakar hidup-hidup hanya karena mencuri 2 karung ubi? Mencuri memang tidak bolah, tapi kenapa dihakimi demikian sadis? Kenapa yang mencuri trilyunan uang negara tidak diperlakukan sesadis itu?
Baca Lainnya :
- Pemkab Kotabaru Gelar Sosialisasi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial0
- Jembatan Gapura Saijaan Di Kampung Nelayan Kotabaru, Tongkrongan Anak Muda Melepas Penat0
Hanya orang miskin ektrim yang akan mencuri 2 karung ubi. Boleh jadi karena terdesak lapar. Sebab mencuri 2 karung ubi, tidak akan membuat kaya.
Pertanda apa ini? Apakah negeri ini sedang stres lagi depresi? Kenapa sampai ada yang miskin ektrim hingga harus mencuri? Dimana tugas negara yang berjanji memelihara orang miskin? Untuk siapa kekayaan alam yang telah dieksploitasi secara gegap gempita itu? Hilangkah kedermawanan sosial sesama warga, sampai tega membakar hidup-hidup saudaranya yang mencuri karena miskin?
Di lain sisi kita juga menyaksikan, pemerintah yang pongah menaikkan pajak dan retribusi sesuka hati. Setelah pajak dan retribusi warga dipugut, lantas hasilnya dibelanjakan untuk hal-hal yang tidak penting. Bahkan untuk berpoya-poya dan dikorupsi.
Keberadaan pemerintahan, ternyata bukan untuk membangun kesejahteraan bersama, tapi justru menciptakan kesengsaraan dan penderitaan warga.
Di tengah sulitnya warga mencari penghidupan, bukan justru dibantu dan difasilitasi, tapi malah dibebani dengan kenaikan pajak dan retribusi yang berlapis-lapis.
Warga miskin berjibaku dengan kehidupan yang penuh beban, tapi pejabat pemerintahan asyik main tik tok, mabuk Instagram, naik mobil mewah, hidup berkecukupan dengan fasilitas negara.
Apakah ini buah dari Pemilu yang manipulatif? Dimana kepala daerah yang terpilih bukan saja tidak pintar dan tidak kreatif, tapi juga tidak peduli, tidak punya sensitivitas, kepekaan dan keberpihakan pada warga tumpul. Yang terpilih orang-orang pongah - sombong, yang menakar demokrasi hanya dari kemampuan menyuap warga miskin saat Pemilu. Setelah terpilih bukannya bekerja untuk membangun kesejahteraan bersama, tapi justru membebani warga.
Tulisan pendek ini lebih banyak mengajukan pertanyaan, mudah-mudahan dengan pertanyaan itu mampu memperbaiki segala niat, terutama niat dalam bernegara, berpemerintahan, bahwa sesungguhnya negara dan pemerintahan ini dibentuk dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun kesejahteraan umum. Bukan kesejahteraan orang perorang, apalagi hanya untuk para pejabatnya saja. (nm)
Baca Lainnya :
- Lagi, Polres Kotabaru Bekuk Penjual Zenith0
- Laka Lantas Depan Kantor KPUD Kotabaru, Korban Dikabarkan Meninggal Dunia0



.jpg)

.jpg)
.jpg)




